Showing posts with label Sarapan Bersama Ibu. Show all posts
Showing posts with label Sarapan Bersama Ibu. Show all posts

Wednesday, November 13, 2019

Sarapan Bersama Ibu: Es Buntin dan Warung Tuman (Dari Pasar Lama ke BSD)

Salam!

Sudah lama absen, ya? Sebenarnya sih ada banyak sekali sesi sarapan bersama Ibu, tetapi saya yang malas untuk mendokumentasikan dan menuliskannya di sini. Entah kenapa, beberapa waktu terakhir, saya malas sekali melakukan hal-hal yang biasanya saya suka. Namun, itu juga karena saya lebih menikmati momen tanpa terdistraksi untuk menghafal detail menu yang saya makan atau mengambil foto untuk dibagikan. Kadang, mengingat momen hangat yang dilalui bersama itu lebih asyik, lho.

Nah, kali ini muncul kembali minat itu, syukurlah, dan tentu akan saya tuangkan sebaik-baiknya. Mungkin post kali ini tidak terlalu memuat banyak tulisan. Saya akan cantumkan beberapa foto yang saya abadikan, sedikit deskripsi, dan sisanya silakan kamu kira-kira sendiri, bagaimana perasaan saya saat sedang berjalan bersama Ibu kemarin (12 November 2019).



Berawal dari Pasar Lama, kami menyusuri gang demi gang, bertukar senyum dan sapa dengan warga sekitar, juga menikmati rumah-rumah tua yang memikat. Tadinya Ibu minta ditemani untuk melakukan pergantian paspor, tetapi karena ada beberapa hal yang terjadi, Ibu harus menundanya ke minggu depan. Jadilah Ibu memilih untuk makan bubur ayam, tepat di depan gang ROEMBOER - Tangga Ronggeng, juga sebuah gemblong yang tidak begitu enak. Saya memilih combro saja.





Selama berjalan di gang-gang yang saya tidak hafal namanya, tanaman cantik mudah sekali kami temui, melati tumpuk, buah delima, kemuning, dollar, dan masih banyak lagi. Pula dengan harum gula merah yang semerbak, produk rumahan di sana. Sesampainya di Boen Tek Bio, ada Es Buntin yang tersohor itu. Maka kami pun mencobanya, es leci untuk saya dan es campur untuk Ibu. Dua-duanya dengan kental manis dan sirup pisang ambon, segar sekali. Buntin merupakan nama dari si pemilik, Ko Buntin. Walau tempatnya tidak terlalu bersih, tetapi boleh dicoba.




Kalau kata Ibu, berjalan di sekitar Pasar Lama seperti memasuki lorong waktu yang berbeda. "Ibu rasanya seperti ada di dunia lain," begitu katanya. Saya setuju dan malah mengidamkan untuk tinggal di tempat seperti ini, kalau memang harus menetap di kota. Suasananya sederhana, nyaman, dan hangat. Saya menemukan rumah mungil di sudut gang yang penuh dengan tanaman dan langsung jatuh hati. Saya bisa bayangkan saya tinggal di sana, mengganti warna pagarnya menjadi putih, dan duduk di teras depan untuk menyapa anak-anak yang pulang sekolah.



Kami menjelajahi area Pasar Lama dari pukul sembilan sampai setengah dua belas. Memang hanya dua setengah jam saja, tetapi kami berdua sama-sama belajar, untuk lebih pelan-pelan dalam hidup. Ada banyak hal kecil yang bisa dinikmati saat kita dapat mengurangi kecepatan langkah kita ini. Tidak pernah ada yang memburu, kita sedang tidak buru-buru. Betul, Ia mengingatkan kita dengan berbagai cara, yang tak diduga.

Setelah puas berjalan santai di Pasar Lama, kami mengarah ke daerah BSD, enggak apa ya sekalian sarapan + makan siang saya tuangkan ceritanya di sini. Kamu ke BSD untuk makan siang di Warung Tuman, yang keberadaannya saya ketahui dari akun Instagram Tangselian. Iya, akun yang dikelola oleh penulis favorit saya, Dewi Lestari.

Intinya, mengarahlah ke Granada Square sampai menemukan Indomaret yang di depannya ada jembatan berwarna kuning. Kalau membawa mobil dan enggak terlalu jago dengan tikungan tajam dan jalan kecil, lebih baik parkir di jalan raya dan jalan menuju ke dalamnya. Namun, kalau kamu memang lulus tes SIM dengan nilai A, mainkan. Untuk pengguna motor, kamu aman, langsung saja tancap gas sampai ke warungnya.




Jalan menuju ke Warung Tuman akan dihiasi dengan bambu, tanaman liar, ada pemancingan pun. Oh, juga lahan yang dibakar, sepertinya akan dibuat bangunan di situ. Warung Tuman menghidangkan makanan sederhana khas rumahan. Sebenarnya aku bingung sih, warung ini spesifikasi masakan daerah mana, karena di menu ada mangut pari asap, ada pula nila calabalatuik, tetapi juga dendeng batokok. Perpaduan Jawa, Sunda, dan Padang kali, ya.



Saat tiba di Warung Tuman, langsung datang saja ke dapurnya untuk memesan. Lalu, pilihlah tempat dudukmu. Banyak yang lesehan, tetapi ada juga kok yang meja biasa, semuanya terbuat dari bambu. Suasananya seperti di desa, biasa-biasa saja, tetapi itu yang malah bikin jadi luar biasa. Siapa sih yang enggak bosan sama kota? Pasti bosan, kan? Saat itu Warung Tuman ramai pengunjung, mulai dari keluarga, geng anak muda, ibu-ibu arisan, sampai kumpulan PNS. 





Kami memesan mangut pari asap, nila calabalatuik, gulai bareh, tumis bunga pepaya, dan telur dadar gaek. Nasi putih untuk Ibu dan nasi merah untuk saya. Menurut kami berdua, juaranya adalah telur dadar gaek + kuah kental gulai bareh. Kentalnya itu berasal dari beras, bukan santan, benar-benar nikmat, sedap. Apalagi makan ditemani segelas es teh tawar untuk melepas dahaga. Piring dan gelasnya pun dari enamel atau blirik seperti tempo dulu.




Kalau sudah kenyang, bisa langsung mencari Pak Eko untuk membayar, cash only lho, ya. Kadang Pak Eko ini suka ada di dapur, membersihkan meja, atau menyapu lantai. Namun, tenang, tinggal cari saja Bapak yang memegang dompet motif di tangannya, ialah sang kasir Warung Tuman. Oh ya, di atasnya Warung Tuman juga ada Kampung Mode, sebuah coworking space untuk kamu pegiat fashion. Selain itu, akan segera dibuat coffee shop pula. Lengkap, deh!



Setelah selesai makan siang di Warung Tuman, aku menemani Ibu ke pasar untuk membeli keperluan catering besok. Di sana, aku menemukan seorang Bapak yang tertidur di sudut parkiran, sebelah tempat listrik. Apa yang kamu pikirkan kalau berhadapan dengan orang-orang yang kurang beruntung daripada kita? Kalau saya, mulai deh, membuat cerita tentang kiranya siapa dia, seperti apa kisah hidupnya, dan tentu menjadi pengingat untuk bersyukur atas apa yang kita punya.


Ya sudah, segini dulu ya ceritanya. Kapan-kapan, kalau saya ada minat menulis lagi, kita ketemu (di blog), ya! Semoga hari-harimu penuh arti dan bisa menebar kasih pada diri sendiri, juga makhluk lain.

Tabik!

Sunday, December 3, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Nasi Ganda

Selamat hari Minggu!

Ternyata sudah (kurang-lebih) dua bulan saya nggak bikin post dengan label ini. Are you one of  my "Sarapan Bersama Ibu" readers ?

Saya dan Ibu memang geng pasar banget! Tradisional, modern, dan supermarket, kami suka semua! Apalagi pasar (terutama pasar tradisional) punya bau yang khas, tapi bikin kangen (?) Dengan berbagai ronanya, pasar memang pemikat yang genit untuk kami berdua. Nah, kali ini, (lagi-lagi) saya akan kasih tau tempat seru untuk sarapan di Pasar Modern BSD.

I bet you guys started wondering, "Kok di Pasar Modern BSD terus sih?". Jadi, pasar ini tuh sebenarnya jadi salah satu pasar kesukaan kami karena bersih dan banyak makanan enak. Memang sih jauh dari rumah, tapi jarak sejauh apapun akan ditempuh demi menenangkan perut kami yang suka nakal (baca: laperan). Mungkin, karena sudah jenuh juga karena setiap hari Ibu ke pasar tradisional untuk beli kebutuhan warung masakannya.


Adalah Nasi Ganda, adiknya Roti Nogat yang sekarang lagi naik daun banget itu. Konsep tempat sih sama, untuk menu juga punya persona yang sama, tapi memang spesialisasi nasi. Namun, nama minuman mereka unik dan bikin kepo! Nah, yang bikin senang adalah pelayanannya yang ramah seperti yang dirasakan saat ke Roti Nogat. Rasanya seperti main ke rumah teman, bukan ke kedai makan.


Kenapa namanya Nasi Ganda? Kemungkinan besar karena porsi nasinya yang kecil dan bikin kamu pesan "ganda". Kalau ke sini, pilih Paket Ganda biar lebih hemat. Dengan harga Rp 38.000 kamu bisa dapat 2 porsi nasi ganda, 2 lauk ganda, dan 1 minuman.

Nasi Ganda


Nasi yang ditawarkan ada empat macam yaitu nasi cakalang, nasi cabe ijo, nasi kemangi, dan nasi cumi item. Kami coba semua, kecuali nasi cumi item karena nggak tersedia pada hari itu, sayang sekali.

Nasi Cakalang


Ini satu-satunya yang menggunakan nasi merah. Nasi merahnya pulen dan nggak seret. Mirip sama nasi merah yang saya makan di Oranje Juicery. Di dalamnya ada suwiran ikan cakalang yang nggak pelit, enak!

Nasi Cabe Ijo


Seperti namanya, tentu nasi ini menggunakan cabai hijau (terlihat juga dari warnanya). Rasanya agak sedikit pedas, tapi tetap seimbang sama rasa gurihnya. Oh, ada telur orak-arik juga di dalamnya.

Nasi Kemangi


Kalau yang ini juga enak dan gurih, tapi menurut saya rasa kemanginya kurang kuat. Bisa dilihat, irisan daun kemanginya pun hampir tak terlihat kan? Kalau pakai lebih banyak kemangi sepertinya akan lebih mantap.

Lauk Ganda


Pilihan lauknya cukup beragam, ada yang ala carte juga seperti soto ayam kuning dan sop buntut asam. Kalau kami pilih yang prasmanan yaitu kulit ayam goreng tepung, usus ayam pedas, ayam pedas rawit, dan ayam gembus. Lalu, saya baru sadar kalau lauk yang kami pilih ayam semua! 


Kata Ibu, makanannya enak semua walaupun bisa bikin sendiri di rumah. You know? Kadang, orang yang terlalu banyak masak kayak Ibu tuh suka bosan dan enek sama masakannya sendiri. Jadi, makanan apapun asal dimasak orang lain ya jadi enak-enak saja.


Es Kapan Kawin


Eits, saya nggak berniat menyinggung atau menyindir lho ya! Ini beneran nama minumannya. Es Kapan Kawin ini adalah jus stroberi yang berpadu dengan buah jeruk Bali di atasnya. Rasanya asam-manis segar, cocok banget untuk diminum saat cuaca panas.

Selain minuman ini, ada juga Es Daun di Atas Bantal (Melon dan Mint), Es Putih Jelita (Sirsak dan Nangka), dan Es Leci Nipis (Leci dan Jeruk Nipis). Saya pilih Es Kapan Kawin karena menurut saya yang lain perpaduannya kurang pas, kecuali yang Es Leci Nipis masih ok sih. Kalau Ibu menyerah dengan memilih es kelapa biasa saja (nggak difoto).

Setiap datang ke kedai makan seperti Nasi Ganda atau Roti Nogat, saya selalu berdoa supaya nanti saya juga bisa punya kedai makan untuk sarapan dan menjelang makan siang, atau tempat untuk brunch lah pokoknya. Kedai yang sederhana, tapi bikin pengunjungnya hangat dan sayang.

Sarapan bersama Ibu kali ini melunasi hutang saya yang waktunya banyak digunakan di kampus, ketemu klien di tempat makan, dan bergelantungan di kereta. Pergi makan berdua sama Ibu selalu jadi momen yang menyenangkan.

Kalau kamu ke Nasi Ganda, kamu mau coba menu apa?

Saturday, September 2, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Soto Kwali Semar

Selamat hari Sabtu!

Hari ini saya dan Ibu sama-sama ingin makan soto untuk sarapan. Kami berdua memang penggemar soto, apapun. Lalu kepikiran soto Kudus di Puncak yang sering sekali kami kunjungi saat masih tinggal di Bogor. Waktu kecil, saya paling suka kalau di ajak ke sana. Pemandangannya bagus, udaranya sejuk, suasana restorannya jadul, ada mainan outdoor seperti ayunan dan perosotan (Ini kata bakunya apa ya? Ada yang tahu?), dan mainan-mainan jadul yang selalu ingin saya beli.

Namun, jarak pun memisahkan saya dan soto Kudus enak itu. Di sini juga ada sih yang jual soto Kudus, tapi dengan pemandangan yang seperti di Puncak, percayalah rasanya jadi lebih enak yang di sana haha.

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Pasar Modern BSD dan makan Soto Kwali Semar untuk sarapan.

Soto Kwali Semar dari kota Surakarta a.k.a Solo ini persis di sebelahnya Roti Nogat. Pilihan sotonya ada dua, daging sapi atau ayam kampung. Selain soto, ada makanan lain yang rasanya Jawa sekali, seperti gudeg, pecel, atau liwet. Ada pula berbagai kue dan jajanan tradisional Jawa yang legit-legit, seperti kesukaan saya; lupis yang disiram gula Jawa dan cenil yang warnanya cantik.

Sesuai namanya, soto di kedai makan ini dimasak dari kuali sehingga menimbulkan aroma yang sedap. Dengan rempah yang melimpah, kuah sotonya agak keruh dan punya rasa yang kaya sekali. Saat disajikan, sotonya pun ditaruh di mangkuk kuali kecil yang lucu. Sayangnya, sendok yang disediakan masih sendok makan biasa. Padahal kalau pakai sendok bebek rasanya lebih pas, cocok sama mangkuk kualinya yang imut.

Soto Kwali Ayam Kampung (Campur)


Dengan ayam kampung suwir, soto ini jadi semakin gurih. Nasinya dicampur supaya lebih asyik, tentu kalau saya akan menambahkan kecap manis because I always kecap and ketchup everything! (Baca: Disesuaikan dengan makanannya, ya.)

Rasa sotonya mengingatkan saya dengan soto Kudus di Puncak itu. Cara makannya adalah dengan membayangkan diri ini sedang melihat hijau-hijau yang menyejukkan, dijamin semakin nikmat. Porsinya pas untuk sarapan, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Soto Kwali Daging Sapi (Campur)


Kesukaan Ibu. Basically, kuah yang digunakan sama, hanya diganti dengan daging sapi saja. Di dalam sotonya ini ada taoge, daun bawang, dan bawang putih goreng juga. Dengan isi yang sederhana saja, soto ini sudah bisa membahagiakan kami berdua yang tukang makan.

Sate Kerang, Tempe Mendoan, dan Bakwan


Lauk pelengkapnya macam-macam. Ada yang lain seperti sate telur puyuh, juga sate ati dan ampela. Namun, yang paling saya dan Ibu suka ya ketiga tambahan ini. Sate kerangnya cocok bersanding dengan kuah sotonya. Kalau tempe mendoan dicocol pakai kecap dan bakwannya dimakan saat masih panas dan renyah.

By the way, mau cerita juga tentang Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery, dua kedai kesukaan saya yang ramainya minta ampun tadi pagi. Tadinya berniat untuk beli Es Kopi Susu-nya Roti Nogat, tapi antriannya panjang banget! Biasanya memang ramai, tapi nggak seperti tadi pagi ini. Belum lagi banyak driver Go-Jek pula, antriannya sudah seperti lagi main ular naga panjangnya bukan kepalang (Hayo, ikut bersenandung nggak?). Pantas saja kalau Roti Nogat akan membuka kedai barunya, persis di seberang pasar, tepatnya di sebelah Tahu Petis Yudhistira.

Lalu Rosso Micro Roastery juga nggak kalah ramai, walaupun nggak antri banget. Tadinya mau nongkrong sebentar untuk makan Kembang Pao rasa keju sambil menyeruput latte panas dan cokelat panas untuk Ibu. Sayang, nggak ada tempat duduk yang tersisa. Akhirnya take away satu Ice Black dengan Rajawali blend mereka yang juara


Sebenarnya senang melihat dua kedai kesukaan saya ini laku keras dan disukai banyak orang, tetapi kangen juga suasana kedai mereka yang masih lebih hening. Beruntung saya sudah cukup sering merasakan sarapan di Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery yang dulu, yang saat datang masih bisa langsung ke kasir, yang masih banyak tempat tersisa untuk dine in, yang nyaman karena belum banyak orang yang tahu.

Demikian referensi soto untuk sarapan dan sedikit curhat saya kali ini. Soto Kwali Semar ini boleh banget kamu coba untuk sarapan di akhir pekan, sekalian belanja sama Ibu, karena quality time dengan orang tua bisa dilakukan di pasar juga, lho. 

Nah, apa nih soto yang paling kamu sukai?

Thursday, August 17, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Mie Ayam Djago

Siapa yang suka mie ayam? Ayo, angkat tangan!

Ibu sudah mencoba berbagai macam mie ayam, apalagi pas beliau masih tinggal di Surabaya dan Malang. Jadi Ibu udah tau benar mana mie ayam enak dan mana yang biasa saja karena dalam kamus Ibu sih nggak ada makanan yang nggak enak haha sama kayak anaknya.

Nah, proses menemukan Mie Ayam Djago ini cukup sulit *drum rolls*.

Dulu kalau ke Tangerang selalu makan mie ayam enak di daerah Pasar Lama. Mie ayamnya buatan tetangga pakdenya Ibu. Lupa namanya, biasanya saya bilang pengen makan mie ayam koko, tapi mie ayamnya enak banget. Mienya buatan sendiri, pakai kaldu ayam asli, dan potongan ayamnya melimpah. Selain pakai sawi, pakai taoge juga. Beneran enak deh pokoknya. Sayang sekali, mie ayamnya sudah lama tutup, kalau nggak salah saat saya mulai masuk SMA.

Dan hari-hari di Tangerang pun saya lalui tanpa mie ayam enak lebay.

Akhirnya, sekitar awal masuk perkuliahan, saya menemukan mie ayam yang enak! Enaknya beda sih sama mie ayam koko, tapi dalam standar yang sama (?) If you know what I mean.

Namanya Mie Ayam Djago. Pertama kali tau tuh dari... jalan-jalan ke daerah Ubud, Karawaci di pagi hari. Lagi sight seeing di ruko Asiatic dan bumped up sama satu ruko dengan kanopi cokelat dengan tulisan "Mie Ayam Djago".



Pas turun dari mobil langsung terlihat ada etalase bakso goreng dan otak-otak. Tanpa pikir panjang, kami langsung pesan bakso gorengnya. Baksonya gendut-gendut lucu minta dimakan deh pokoknya.



Saat masuk ke dalam, Ibu tanya dulu, apakah Mie Ayam Djago ini halal atau enggak. Ternyata halal! Kami berdua langsung happy dan memesan dua hal yang sama, mie ayam jamur. Di Mie Ayam Djago, semuanya homemade. Termasuk mienya yang ada dua pilihan, mie halus dan mie lebar. Dan kalau semuanya buatan sendiri, no wonder lah ya, pasti rasanya enak. No MSG pula, jadi makin cinta kan.

Mie Ayam Jamur (Halus)



Kami suka banget sama ayam dan jamurnya yang melimpah, ditambah kuah kaldu ayam kampung yang gurih. Di meja sudah tersedia berbagai macam complement seperti potongan daun bawang, something salty warna cokelat gitu (nggak tau namanya apa), sampai saus, kecap, dan sambal.

Ini selalu jadi pilihan Ibu. Mienya kecil-kecil dan keriting, mirip Bakmi Permata (non-halal, tapi dulu pernah makan lol). 

Mie Ayam Jamur (Lebar)



Kalau ini pasti saya yang pesan. Nggak melulu mie lebar sih, kadang mie halus juga, tergantung lagi pengennya apa. Kalau mie lebar ini agak lurus dan lebih lebar mirip kwetiau, tapi tentu rasanya tetap seperti mie ya. Agak mirip tagliatelle sih karena tipis-tipis gitu.

Bakso Goreng



Bakso goreng ayam yang menggemaskan selalu manggil-manggil buat dimakan. Cocol pakai saus merah asam manisnya sambil makan mie ayam jamur memang juara banget deh. Sukses bikin setiap sarapan di Mie Ayam Djago selalu menyenangkan + mengenyangkan.

Di Mie Ayam Djago ada menu lain yang sama enaknya, kayak nasi tim ayam, nasi hainam, bubur ayam, soto ayam, atau suikiauw. Untuk mie ayamnya sendiri bisa pakai tambahan bakso dan pangsit seperti di kedai bakmi lainnya kok. 

Iya, sarapan mie ayam memang berat, tapi percayalah, rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan. Semoga bisa menjadi referensi sarapanmu di akhir pekan. Kalau di Tangerang, teman-teman saya tuh selalu heboh sama Mie Ayam Banyumas, saya sih tetap berlabuh pada Mie Ayam Djago saja.

Apa mie ayam kesukaanmu?

Sunday, July 16, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Roti Nogat (Roti Tiam)

Hai!

Sudah dua minggu saya magang dan Ibu menagih hari Sabtunya yang hilang.

Ya, memang setiap Sabtu pagi, biasanya saya dan Ibu pergi sarapan di luar, entah mencoba tempat baru atau ke tempat yang memang sudah menjadi langganan. Rutinitas Ibu memasak setiap weekdays (karena memang pekerjaannya) bikin Ibu (dan saya sendiri) bosan untuk sarapan di rumah. Pergi sarapan ke luar jadi vakansi tersendiri, sekaligus quality time versi kami (walaupun setiap saat bersama Ibu selalu berkualitas, sih).

Kemarin kami sarapan di kedai roti yang paling ngangenin dan selalu sukses bikin ingin balik lagi. Nama kedainya Roti Nogat. Mungkin orang-orang akan lebih mengenalnya dengan Roti Tiam, memang baru-baru saja kedai roti kesayangan kami berganti nama.

Ibu dan Roti Meijses-nya

Roti Nogat terletak di Pasar Modern BSD. Kedainya kecil, tetapi nyaman. Saya dan Ibu selalu pilih makan di atas karena ada pendingin ruangannya dan suasananya homey. Menu yang ditawarkan ya nggak jauh-jauh dari roti panggang dan menu sarapan lainnya. Roti Nogat juga menyediakan minuman ciamik yang siap bikin bahagia di pagi hari.

Saya pertama kali berkunjung ke Roti Nogat karena Instagram. Memang sudah sering untuk pergi sarapan ke Pasar Modern BSD, biasanya untuk ngopi dan makan pao keju di ROSSO' Micro Roastery atau beli camilan di Pastellia. Eh, ternyata hasilnya tidak mengecewakan, malah selalu menyenangkan. 

Roti Nogat


Ini selalu jadi menu pilihan saya kalau berkunjung ke Roti Nogat. Ya, sesuai sama branding barunya, roti nogat memang jadi bintang di kedai ini. Roti yang dipakai adalah roti gandum homemade yang lembut dan nggak seret. Dioles buttercream moka (perpaduan butter, cokelat, kopi Flores Bajawa) dan taburan nogat (caramelized fine-grind peanut) yang melimpah memang juara banget buat saya. Cukup pesan yang 1/4 saja dan rasanya bakal awet sampai siang.

Roti Meijses


Kalau ini selalu jadi andalan Ibu. Ibu memang penyuka cokelat dari dulu hingga kini, nggak pernah berubah. Ibu bahkan bisa habis 1 roti sendirian, saking sukanya. Masih dioles dengan buttercream moka dengan taburan meijses melimpah, bikin Ibu makin senang deh.

Roti Celup Keju


Ini semacam side dish kami kalau ke Roti Nogat. Sebenarnya bisa bikin saus keju sendiri di rumah, tetapi makan di kedai ini jadi terasa beda saja sih. Mungkin karena suasananya yang mendukung. Selain roti celup keju, biasanya pilihan lain jatuh ke jagung gurih. Nggak kalah enak, jagungnya manis dibalut sama bumbu racikan sendiri.

Kopi Moka


Kombinasi kopi dan cokelatnya pas, manisnya pas, semuanya pas. Paling senang kalau menyeruput saat masih panas, pasti saya jadi kumisan karena kena cokelatnya hehe.

Es Pokat


Ini kesukaan saya dan Ibu. Nggak bisa diganggu gugat, enak banget. Es alpukat pakai cokelat, meijses, dan es krim rasa kopi. Bayangin saja sendiri ya. Rasanya berdosa sih minum ini, but we just can't resist! It is heavenly good.

Es Kopi Susu (Level 3)

Iya, jempol saya terlalu menggemaskan

My favorite of all time. Setiap ke Roti Nogat, minuman yang nggak pernah absen ya ini. Nggak kalah enak sama es kopi susu tetangganya Tuku. Entah minum di tempat atau bawa pulang, pasti selalu beli. Es kopi susu ini ada tiga level. Semakin tinggi tingkatannya, semakin intense kopinya. Dan karena saya suka tantangan, saya pesan level 3 dong haha padahal tetap pakai susu.

The legendary buttercream moka dan nogat

Sebenarnya masih ada menu lain yang bisa dicoba, seperti nasi perang (semacam nasi kucing), panekuk pisang, roti srikaya, roti telur kornet, limun nipis, teh sereh, dan lainnya. Pasti puas sih, apapun menunya. Rasa dari setiap menu di Roti Nogat memang enak, tetapi ya nggak enak banget. Namun, semuanya begitu sederhana dan memikat hati. Mungkin itu ya yang bikin spesial. Perasaan saya saat makan di kedai ini tuh seperti dilempar balik ke zaman dulu, ditambah dengan hiruk-pikuk pasar yang selalu saya suka.

Roti panggang dan telur kornet

Oh ya, salah satu yang bikin kami selalu balik lagi ke Roti Nogat adalah karyawan-karyawannya yang ramah, selalu menebar senyum. Bahkan salah satu kasirnya, Mbak Dilla, bisa mengingat nama saya dengan baik, senang deh. Kalau kata saya sebagai anak PR, CRM atau customer relationship management-nya Roti Nogat keren! Salut.

Sarapan kemarin menyenangkan sekali. Rasanya semua capek karena bolak-balik Jakarta-Tangerang setiap hari jadi hilang karena bisa nge-date sama Ibu lagi, setelah dua minggu absen. Saya dan Ibu memang lebih suka menghabiskan waktu untuk jelajah kuliner, apalagi di pagi hari. Udara pagi memang punya energi magis yang bisa bikin mood naik ke level yang semakin tinggi ya. Bangun pagi and the rest of your day would be fine.

Sarapan bersama Ibu sepertinya akan menjadi serial di blog saya. Namun, nggak janji ya kalau akan rajin mengunggah post-nya. Siapa tahu selera kita sama dan bisa jadi referensi kamu untuk sarapan di akhir pekan.

Apa sarapan kesukaanmu?