Tuesday, September 5, 2017

Ada Apa #7 | Laras Ing Ati, Sigaran Nyowo

Sugeng rawuh.

Wingi kulo.. eits, pakai bahasa Indonesia kok, nanti yang ngerti hanya orang yang saget berbahasa Jawa saja.

Jadi, sebelum non-aktif Instagram (lagi) setelah mencoba seminggu untuk kembali (dan ternyata malah bikin nggak bahagia), ada satu post di popular feed yang menyita perhatian. Siapa sih yang nggak kenal Gus Mus? Ibu saja kalau nonton YouTube tak pernah melewatkan beliau. Nah, foto tersebut adalah foto pernikahan Gus Mus dengan belahan jiwanya, Siti Fatma.


"Selama itu --hingga kami dikaruniai 7 orang anak, 6 orang menantu, dan 13 orang cucu-- seingatku, belum pernah aku mengucapkan kepada teman hidupku ini: "I love you", "Aku cinta padamu", "Anä bahebbik", "Aku tresno awakmu", atau kata-kata mesra sejenis. Demikian pula sebaliknya; dia sama sekali belum pernah mengucapkan kepadaku kata rayuan semacam itu. Agaknya kami berdua mempunyai anggapan yang sama. Menganggap gerak mata dan gerak tubuh kami jauh lebih fasih mengungkapkan perasaan kami"
- Ahmad Mustofa Bisri

Saya setuju sekali dengan copy text dari post tersebut. Fatma memang sudah tidak mendampingi Gus Mus di dunia, tetapi rasanya cinta mereka berdua masih berpendar-pendar sampai entah kapan. Tanpa sepatah kata pun sudah saling berdialog, tak mengapa, karena membiarkan rasa yang berbicara. Selain mendambakan romansa Rasulullah yang saya tuturkan di sini, sepertinya Gus Mus menjadi salah satu idola yang ada di Nusantara.

Pengejawantahan cinta,
:kemanunggalan dua nyawa.

Siapa potret romantis pujaanmu?

Saturday, September 2, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Soto Kwali Semar

Selamat hari Sabtu!

Hari ini saya dan Ibu sama-sama ingin makan soto untuk sarapan. Kami berdua memang penggemar soto, apapun. Lalu kepikiran soto Kudus di Puncak yang sering sekali kami kunjungi saat masih tinggal di Bogor. Waktu kecil, saya paling suka kalau di ajak ke sana. Pemandangannya bagus, udaranya sejuk, suasana restorannya jadul, ada mainan outdoor seperti ayunan dan perosotan (Ini kata bakunya apa ya? Ada yang tahu?), dan mainan-mainan jadul yang selalu ingin saya beli.

Namun, jarak pun memisahkan saya dan soto Kudus enak itu. Di sini juga ada sih yang jual soto Kudus, tapi dengan pemandangan yang seperti di Puncak, percayalah rasanya jadi lebih enak yang di sana haha.

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Pasar Modern BSD dan makan Soto Kwali Semar untuk sarapan.

Soto Kwali Semar dari kota Surakarta a.k.a Solo ini persis di sebelahnya Roti Nogat. Pilihan sotonya ada dua, daging sapi atau ayam kampung. Selain soto, ada makanan lain yang rasanya Jawa sekali, seperti gudeg, pecel, atau liwet. Ada pula berbagai kue dan jajanan tradisional Jawa yang legit-legit, seperti kesukaan saya; lupis yang disiram gula Jawa dan cenil yang warnanya cantik.

Sesuai namanya, soto di kedai makan ini dimasak dari kuali sehingga menimbulkan aroma yang sedap. Dengan rempah yang melimpah, kuah sotonya agak keruh dan punya rasa yang kaya sekali. Saat disajikan, sotonya pun ditaruh di mangkuk kuali kecil yang lucu. Sayangnya, sendok yang disediakan masih sendok makan biasa. Padahal kalau pakai sendok bebek rasanya lebih pas, cocok sama mangkuk kualinya yang imut.

Soto Kwali Ayam Kampung (Campur)


Dengan ayam kampung suwir, soto ini jadi semakin gurih. Nasinya dicampur supaya lebih asyik, tentu kalau saya akan menambahkan kecap manis because I always kecap and ketchup everything! (Baca: Disesuaikan dengan makanannya, ya.)

Rasa sotonya mengingatkan saya dengan soto Kudus di Puncak itu. Cara makannya adalah dengan membayangkan diri ini sedang melihat hijau-hijau yang menyejukkan, dijamin semakin nikmat. Porsinya pas untuk sarapan, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Soto Kwali Daging Sapi (Campur)


Kesukaan Ibu. Basically, kuah yang digunakan sama, hanya diganti dengan daging sapi saja. Di dalam sotonya ini ada taoge, daun bawang, dan bawang putih goreng juga. Dengan isi yang sederhana saja, soto ini sudah bisa membahagiakan kami berdua yang tukang makan.

Sate Kerang, Tempe Mendoan, dan Bakwan


Lauk pelengkapnya macam-macam. Ada yang lain seperti sate telur puyuh, juga sate ati dan ampela. Namun, yang paling saya dan Ibu suka ya ketiga tambahan ini. Sate kerangnya cocok bersanding dengan kuah sotonya. Kalau tempe mendoan dicocol pakai kecap dan bakwannya dimakan saat masih panas dan renyah.

By the way, mau cerita juga tentang Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery, dua kedai kesukaan saya yang ramainya minta ampun tadi pagi. Tadinya berniat untuk beli Es Kopi Susu-nya Roti Nogat, tapi antriannya panjang banget! Biasanya memang ramai, tapi nggak seperti tadi pagi ini. Belum lagi banyak driver Go-Jek pula, antriannya sudah seperti lagi main ular naga panjangnya bukan kepalang (Hayo, ikut bersenandung nggak?). Pantas saja kalau Roti Nogat akan membuka kedai barunya, persis di seberang pasar, tepatnya di sebelah Tahu Petis Yudhistira.

Lalu Rosso Micro Roastery juga nggak kalah ramai, walaupun nggak antri banget. Tadinya mau nongkrong sebentar untuk makan Kembang Pao rasa keju sambil menyeruput latte panas dan cokelat panas untuk Ibu. Sayang, nggak ada tempat duduk yang tersisa. Akhirnya take away satu Ice Black dengan Rajawali blend mereka yang juara


Sebenarnya senang melihat dua kedai kesukaan saya ini laku keras dan disukai banyak orang, tetapi kangen juga suasana kedai mereka yang masih lebih hening. Beruntung saya sudah cukup sering merasakan sarapan di Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery yang dulu, yang saat datang masih bisa langsung ke kasir, yang masih banyak tempat tersisa untuk dine in, yang nyaman karena belum banyak orang yang tahu.

Demikian referensi soto untuk sarapan dan sedikit curhat saya kali ini. Soto Kwali Semar ini boleh banget kamu coba untuk sarapan di akhir pekan, sekalian belanja sama Ibu, karena quality time dengan orang tua bisa dilakukan di pasar juga, lho. 

Nah, apa nih soto yang paling kamu sukai?