Sunday, December 31, 2017

What 2017 has Taught Me

Trust the timing of your life,

is what I sum up in 2017. It really defines this year so much. When it's the time, it happens. And acceptance is the only way to smile.

This year, feels like the first time for everything.
This year, I accomplished things that I haven't done before.
This year, is unpredictable, unexpected.
This year, tears are one of the reasons to hang on.
This year, love comes as a medicine of all pain.
This year, proves that self-love is not selfish at all.
This year, I grow.

I'm grateful for being human, the most complicated creature on earth.
To see, to smell, to listen, to feel, to understand, to believe.

If I look back to what I wrote at the end of 2016, I took care of this year beautifully.

Oh, and kindness is still the gem of my life, I think nothing can replace it. 

To The One (and everyone) that always warms my heart in 2017: Thank you.

Let 2018 be the year to bloom - letting go of mindset, beliefs, emotions, and surrounding that don't support my (our) growth.

Friday, December 29, 2017

Ada Apa #10 | Perjuangan

Saya sadar dan tidak melakukan apa-apa. Menulis dengan jujur adalah hal yang berat, terutama saat ini, tetapi saya yakin menulis adalah terapi. Murah, mudah, dan membuat lega. Setidaknya, itu yang dirasakan sebelumnya, sebelum berada pada titik ini. Dan seharusnya hal itu berlaku juga untuk sekarang.



Terbangun dari tidur dan tidak bisa terpejam lagi, merasa sendiri, atau sesederhana mempertanyakan, "Kenapa aku hidup?". Orang-orang sering lupa bahwa manusia sangat rumit. Depresi bukan hanya menyerang mereka yang terlihat punya segudang masalah, tetapi juga mereka yang terlihat baik-baik saja. Tak lain tak bukan memang karena buta.

Mulai melakukan hal-hal yang berlawanan, terlalu sensitif dengan sekitar. Namun, saya bersyukur karena masih bisa menangis, sebagai satu-satunya cara untuk menumpahkan perasaan dan emosi.

Sepenggal sejuk dari Mas Gun

Ternyata, saya gagal paham dan masih harus berjuang, untuk mengaktifkan reproduksi kebahagiaan. Semoga saya terampuni dan berprasangka baik, selalu.

-------------------------------------

"Plants need to be watered. But they don’t need water all of the time. Trying to be helpful because you think you know what it needs, you over-water the plant. You think you’re doing a good thing, but the plant doesn’t actually need more water. Sometimes plants need water, but at other times they just need some sun. Sometimes people need advice, but at other times all that they really need is for you to listen and show that you are trying to understand. So instead of “over-watering your plant”, place it under the sun to give it the nourishment it needs."

Monday, December 11, 2017

Seorang Inspirasi, Nazura Gulfira

Selamat mensyukuri udara hari ini!

Kali ini, saya ingin bercerita sedikit tentang idola saya dalam dunia blogging (dan nyata). Adalah Nazura Gulfira, seorang perempuan muda Indonesia yang sedang melakukan studi di Negeri Kincir Angin. Kalau diberi kesempatan, rasanya saya ingin sekali bertukar pikiran dan memeluknya! Karena ia begitu inspiratif, saya bersyukur bisa mendapat cahaya untuk pikiran dan hati yang lebih terang setiap membaca tulisan dalam blog-nya.


Kategori tulisan Ozu, begitu ia sering disapa, yang paling saya suka adalah Conversation With Mom. Dimulai awal tahun ini, tepatnya bulan Februari, dan saya langsung jatuh hati. Salah satu yang paling saya sukai dan diingat adalah secercah dari Conversation With Mom #3:

"Now I completely understand why some people don't have a big house even though they could. They prefer to have this modestly sized house which can bring people inside together that a big house just couldn't… some people keep their coffee shop to just one small store, not because they cannot make it into an expansive franchise, but because they just don't want to expand their businesses. They appreciate the authenticity of the process behind it rather than the commercial potential of it… some people have already been producing lots of works and yet are still not as popular as the newcomers. It's not because they are blind to the market, but because they'd rather retain the originality of their ideas rather than just providing the demand of the market… and some people decided to stay as a staff, not because they are incompetent to be a manager, but because they prioritise family over career"

Rasanya saya nggak perlu bercerita terlalu banyak kali ini. Saya sarankan kamu untuk membaca langsung tulisan-tulisan Ozu. 

Kalau kamu, siapakah blogger favoritmu?

Sunday, December 3, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Nasi Ganda

Selamat hari Minggu!

Ternyata sudah (kurang-lebih) dua bulan saya nggak bikin post dengan label ini. Are you one of  my "Sarapan Bersama Ibu" readers ?

Saya dan Ibu memang geng pasar banget! Tradisional, modern, dan supermarket, kami suka semua! Apalagi pasar (terutama pasar tradisional) punya bau yang khas, tapi bikin kangen (?) Dengan berbagai ronanya, pasar memang pemikat yang genit untuk kami berdua. Nah, kali ini, (lagi-lagi) saya akan kasih tau tempat seru untuk sarapan di Pasar Modern BSD.

I bet you guys started wondering, "Kok di Pasar Modern BSD terus sih?". Jadi, pasar ini tuh sebenarnya jadi salah satu pasar kesukaan kami karena bersih dan banyak makanan enak. Memang sih jauh dari rumah, tapi jarak sejauh apapun akan ditempuh demi menenangkan perut kami yang suka nakal (baca: laperan). Mungkin, karena sudah jenuh juga karena setiap hari Ibu ke pasar tradisional untuk beli kebutuhan warung masakannya.


Adalah Nasi Ganda, adiknya Roti Nogat yang sekarang lagi naik daun banget itu. Konsep tempat sih sama, untuk menu juga punya persona yang sama, tapi memang spesialisasi nasi. Namun, nama minuman mereka unik dan bikin kepo! Nah, yang bikin senang adalah pelayanannya yang ramah seperti yang dirasakan saat ke Roti Nogat. Rasanya seperti main ke rumah teman, bukan ke kedai makan.


Kenapa namanya Nasi Ganda? Kemungkinan besar karena porsi nasinya yang kecil dan bikin kamu pesan "ganda". Kalau ke sini, pilih Paket Ganda biar lebih hemat. Dengan harga Rp 38.000 kamu bisa dapat 2 porsi nasi ganda, 2 lauk ganda, dan 1 minuman.

Nasi Ganda


Nasi yang ditawarkan ada empat macam yaitu nasi cakalang, nasi cabe ijo, nasi kemangi, dan nasi cumi item. Kami coba semua, kecuali nasi cumi item karena nggak tersedia pada hari itu, sayang sekali.

Nasi Cakalang


Ini satu-satunya yang menggunakan nasi merah. Nasi merahnya pulen dan nggak seret. Mirip sama nasi merah yang saya makan di Oranje Juicery. Di dalamnya ada suwiran ikan cakalang yang nggak pelit, enak!

Nasi Cabe Ijo


Seperti namanya, tentu nasi ini menggunakan cabai hijau (terlihat juga dari warnanya). Rasanya agak sedikit pedas, tapi tetap seimbang sama rasa gurihnya. Oh, ada telur orak-arik juga di dalamnya.

Nasi Kemangi


Kalau yang ini juga enak dan gurih, tapi menurut saya rasa kemanginya kurang kuat. Bisa dilihat, irisan daun kemanginya pun hampir tak terlihat kan? Kalau pakai lebih banyak kemangi sepertinya akan lebih mantap.

Lauk Ganda


Pilihan lauknya cukup beragam, ada yang ala carte juga seperti soto ayam kuning dan sop buntut asam. Kalau kami pilih yang prasmanan yaitu kulit ayam goreng tepung, usus ayam pedas, ayam pedas rawit, dan ayam gembus. Lalu, saya baru sadar kalau lauk yang kami pilih ayam semua! 


Kata Ibu, makanannya enak semua walaupun bisa bikin sendiri di rumah. You know? Kadang, orang yang terlalu banyak masak kayak Ibu tuh suka bosan dan enek sama masakannya sendiri. Jadi, makanan apapun asal dimasak orang lain ya jadi enak-enak saja.


Es Kapan Kawin


Eits, saya nggak berniat menyinggung atau menyindir lho ya! Ini beneran nama minumannya. Es Kapan Kawin ini adalah jus stroberi yang berpadu dengan buah jeruk Bali di atasnya. Rasanya asam-manis segar, cocok banget untuk diminum saat cuaca panas.

Selain minuman ini, ada juga Es Daun di Atas Bantal (Melon dan Mint), Es Putih Jelita (Sirsak dan Nangka), dan Es Leci Nipis (Leci dan Jeruk Nipis). Saya pilih Es Kapan Kawin karena menurut saya yang lain perpaduannya kurang pas, kecuali yang Es Leci Nipis masih ok sih. Kalau Ibu menyerah dengan memilih es kelapa biasa saja (nggak difoto).

Setiap datang ke kedai makan seperti Nasi Ganda atau Roti Nogat, saya selalu berdoa supaya nanti saya juga bisa punya kedai makan untuk sarapan dan menjelang makan siang, atau tempat untuk brunch lah pokoknya. Kedai yang sederhana, tapi bikin pengunjungnya hangat dan sayang.

Sarapan bersama Ibu kali ini melunasi hutang saya yang waktunya banyak digunakan di kampus, ketemu klien di tempat makan, dan bergelantungan di kereta. Pergi makan berdua sama Ibu selalu jadi momen yang menyenangkan.

Kalau kamu ke Nasi Ganda, kamu mau coba menu apa?