Sunday, December 31, 2017

What 2017 has Taught Me

Trust the timing of your life,

is what I sum up in 2017. It really defines this year so much. When it's the time, it happens. And acceptance is the only way to smile.

This year, feels like the first time for everything.
This year, I accomplished things that I haven't done before.
This year, is unpredictable, unexpected.
This year, tears are one of the reasons to hang on.
This year, love comes as a medicine of all pain.
This year, proves that self-love is not selfish at all.
This year, I grow.

I'm grateful for being human, the most complicated creature on earth.
To see, to smell, to listen, to feel, to understand, to believe.

If I look back to what I wrote at the end of 2016, I took care of this year beautifully.

Oh, and kindness is still the gem of my life, I think nothing can replace it. 

To The One (and everyone) that always warms my heart in 2017: Thank you.

Let 2018 be the year to bloom - letting go of mindset, beliefs, emotions, and surrounding that don't support my (our) growth.

Friday, December 29, 2017

Ada Apa #10 | Perjuangan

Saya sadar dan tidak melakukan apa-apa. Menulis dengan jujur adalah hal yang berat, terutama saat ini, tetapi saya yakin menulis adalah terapi. Murah, mudah, dan membuat lega. Setidaknya, itu yang dirasakan sebelumnya, sebelum berada pada titik ini. Dan seharusnya hal itu berlaku juga untuk sekarang.



Terbangun dari tidur dan tidak bisa terpejam lagi, merasa sendiri, atau sesederhana mempertanyakan, "Kenapa aku hidup?". Orang-orang sering lupa bahwa manusia sangat rumit. Depresi bukan hanya menyerang mereka yang terlihat punya segudang masalah, tetapi juga mereka yang terlihat baik-baik saja. Tak lain tak bukan memang karena buta.

Mulai melakukan hal-hal yang berlawanan, terlalu sensitif dengan sekitar. Namun, saya bersyukur karena masih bisa menangis, sebagai satu-satunya cara untuk menumpahkan perasaan dan emosi.

Sepenggal sejuk dari Mas Gun

Ternyata, saya gagal paham dan masih harus berjuang, untuk mengaktifkan reproduksi kebahagiaan. Semoga saya terampuni dan berprasangka baik, selalu.

-------------------------------------

"Plants need to be watered. But they don’t need water all of the time. Trying to be helpful because you think you know what it needs, you over-water the plant. You think you’re doing a good thing, but the plant doesn’t actually need more water. Sometimes plants need water, but at other times they just need some sun. Sometimes people need advice, but at other times all that they really need is for you to listen and show that you are trying to understand. So instead of “over-watering your plant”, place it under the sun to give it the nourishment it needs."

Monday, December 11, 2017

Seorang Inspirasi, Nazura Gulfira

Selamat mensyukuri udara hari ini!

Kali ini, saya ingin bercerita sedikit tentang idola saya dalam dunia blogging (dan nyata). Adalah Nazura Gulfira, seorang perempuan muda Indonesia yang sedang melakukan studi di Negeri Kincir Angin. Kalau diberi kesempatan, rasanya saya ingin sekali bertukar pikiran dan memeluknya! Karena ia begitu inspiratif, saya bersyukur bisa mendapat cahaya untuk pikiran dan hati yang lebih terang setiap membaca tulisan dalam blog-nya.


Kategori tulisan Ozu, begitu ia sering disapa, yang paling saya suka adalah Conversation With Mom. Dimulai awal tahun ini, tepatnya bulan Februari, dan saya langsung jatuh hati. Salah satu yang paling saya sukai dan diingat adalah secercah dari Conversation With Mom #3:

"Now I completely understand why some people don't have a big house even though they could. They prefer to have this modestly sized house which can bring people inside together that a big house just couldn't… some people keep their coffee shop to just one small store, not because they cannot make it into an expansive franchise, but because they just don't want to expand their businesses. They appreciate the authenticity of the process behind it rather than the commercial potential of it… some people have already been producing lots of works and yet are still not as popular as the newcomers. It's not because they are blind to the market, but because they'd rather retain the originality of their ideas rather than just providing the demand of the market… and some people decided to stay as a staff, not because they are incompetent to be a manager, but because they prioritise family over career"

Rasanya saya nggak perlu bercerita terlalu banyak kali ini. Saya sarankan kamu untuk membaca langsung tulisan-tulisan Ozu. 

Kalau kamu, siapakah blogger favoritmu?

Sunday, December 3, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Nasi Ganda

Selamat hari Minggu!

Ternyata sudah (kurang-lebih) dua bulan saya nggak bikin post dengan label ini. Are you one of  my "Sarapan Bersama Ibu" readers ?

Saya dan Ibu memang geng pasar banget! Tradisional, modern, dan supermarket, kami suka semua! Apalagi pasar (terutama pasar tradisional) punya bau yang khas, tapi bikin kangen (?) Dengan berbagai ronanya, pasar memang pemikat yang genit untuk kami berdua. Nah, kali ini, (lagi-lagi) saya akan kasih tau tempat seru untuk sarapan di Pasar Modern BSD.

I bet you guys started wondering, "Kok di Pasar Modern BSD terus sih?". Jadi, pasar ini tuh sebenarnya jadi salah satu pasar kesukaan kami karena bersih dan banyak makanan enak. Memang sih jauh dari rumah, tapi jarak sejauh apapun akan ditempuh demi menenangkan perut kami yang suka nakal (baca: laperan). Mungkin, karena sudah jenuh juga karena setiap hari Ibu ke pasar tradisional untuk beli kebutuhan warung masakannya.


Adalah Nasi Ganda, adiknya Roti Nogat yang sekarang lagi naik daun banget itu. Konsep tempat sih sama, untuk menu juga punya persona yang sama, tapi memang spesialisasi nasi. Namun, nama minuman mereka unik dan bikin kepo! Nah, yang bikin senang adalah pelayanannya yang ramah seperti yang dirasakan saat ke Roti Nogat. Rasanya seperti main ke rumah teman, bukan ke kedai makan.


Kenapa namanya Nasi Ganda? Kemungkinan besar karena porsi nasinya yang kecil dan bikin kamu pesan "ganda". Kalau ke sini, pilih Paket Ganda biar lebih hemat. Dengan harga Rp 38.000 kamu bisa dapat 2 porsi nasi ganda, 2 lauk ganda, dan 1 minuman.

Nasi Ganda


Nasi yang ditawarkan ada empat macam yaitu nasi cakalang, nasi cabe ijo, nasi kemangi, dan nasi cumi item. Kami coba semua, kecuali nasi cumi item karena nggak tersedia pada hari itu, sayang sekali.

Nasi Cakalang


Ini satu-satunya yang menggunakan nasi merah. Nasi merahnya pulen dan nggak seret. Mirip sama nasi merah yang saya makan di Oranje Juicery. Di dalamnya ada suwiran ikan cakalang yang nggak pelit, enak!

Nasi Cabe Ijo


Seperti namanya, tentu nasi ini menggunakan cabai hijau (terlihat juga dari warnanya). Rasanya agak sedikit pedas, tapi tetap seimbang sama rasa gurihnya. Oh, ada telur orak-arik juga di dalamnya.

Nasi Kemangi


Kalau yang ini juga enak dan gurih, tapi menurut saya rasa kemanginya kurang kuat. Bisa dilihat, irisan daun kemanginya pun hampir tak terlihat kan? Kalau pakai lebih banyak kemangi sepertinya akan lebih mantap.

Lauk Ganda


Pilihan lauknya cukup beragam, ada yang ala carte juga seperti soto ayam kuning dan sop buntut asam. Kalau kami pilih yang prasmanan yaitu kulit ayam goreng tepung, usus ayam pedas, ayam pedas rawit, dan ayam gembus. Lalu, saya baru sadar kalau lauk yang kami pilih ayam semua! 


Kata Ibu, makanannya enak semua walaupun bisa bikin sendiri di rumah. You know? Kadang, orang yang terlalu banyak masak kayak Ibu tuh suka bosan dan enek sama masakannya sendiri. Jadi, makanan apapun asal dimasak orang lain ya jadi enak-enak saja.


Es Kapan Kawin


Eits, saya nggak berniat menyinggung atau menyindir lho ya! Ini beneran nama minumannya. Es Kapan Kawin ini adalah jus stroberi yang berpadu dengan buah jeruk Bali di atasnya. Rasanya asam-manis segar, cocok banget untuk diminum saat cuaca panas.

Selain minuman ini, ada juga Es Daun di Atas Bantal (Melon dan Mint), Es Putih Jelita (Sirsak dan Nangka), dan Es Leci Nipis (Leci dan Jeruk Nipis). Saya pilih Es Kapan Kawin karena menurut saya yang lain perpaduannya kurang pas, kecuali yang Es Leci Nipis masih ok sih. Kalau Ibu menyerah dengan memilih es kelapa biasa saja (nggak difoto).

Setiap datang ke kedai makan seperti Nasi Ganda atau Roti Nogat, saya selalu berdoa supaya nanti saya juga bisa punya kedai makan untuk sarapan dan menjelang makan siang, atau tempat untuk brunch lah pokoknya. Kedai yang sederhana, tapi bikin pengunjungnya hangat dan sayang.

Sarapan bersama Ibu kali ini melunasi hutang saya yang waktunya banyak digunakan di kampus, ketemu klien di tempat makan, dan bergelantungan di kereta. Pergi makan berdua sama Ibu selalu jadi momen yang menyenangkan.

Kalau kamu ke Nasi Ganda, kamu mau coba menu apa?

Wednesday, November 29, 2017

Sebuah Pengingat

Selamat menjelajah, tapi tidak lupa untuk pulang. Jangan pernah ragu untuk memulai, meski akan membuat lelah.

Tuntaskan apa yang dikerjakan dan selalu gunakan hati 

(Doa seorang Ibu, Nike, kepada anaknya, Kirana)

--------------------------------

Bertemu dengan insan lain saat sedang merasa sepi membuat saya kembali teringat, untuk apa merasa sendiri saat Tuhan berikan teman untuk hidup. Bertukar pikiran agar hati lebih terbuka tentang hal yang belum tersentuh, atau mungkin lupa untuk disapa. Udara untuk dihirup, bunga cantik untuk dicium, daun teduh untuk dipandang, penguin lucu pengingat kesetiaan, dan gunung tinggi agar tidak lupa menunduk. Dan diri-Nya.

Lihat, kita dimanja bumi. Dihujani kasih yang tak habis, masihkah harus menangis?

Wednesday, November 22, 2017

Cooking

I was listening to the sound of pain with no blood.

Slicing, chopping, whatever hurting.

How can I know that this would do me no harm?

And now I continue cooking my own tears.

Sunday, November 19, 2017

Ada Apa #9 | Ikhtiar

Akhir-akhir ini, saya merasa ada gejolak yang nggak biasa di dalam diri. Semacam keinginan untuk mengaktualisasikan diri, tapi masih belum berani mengambil risiko. Pelan-pelan saya memberi sugesti pada diri sendiri untuk selalu berprasangka baik, pada apapun. Ke arah mana pun saya melihat, saya berusaha untuk menggunakan lensa paling positif dalam diri.

Teringat buku karya Rhonda Bryne yang berjudul The Secret. Dalam buku tersebut, jelas ditekankan mengenai the law of attractionhukum tarik-menarik. Apa yang kita pikirkan, maka terjadilah. Kita mempunyai kekuatan penuh atas diri kita untuk menarik segala hal yang ingin direalisasikan, maka jangan jadikan batas sebagai hambatan.

Menurut saya, ada 3 kunci utama untuk menjadi penghuni semesta: sabar, ikhlas, dan syukur. Kehilangan salah satunya, atau ketiganya, merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. 

Pada prinsipnya, penghuni semesta seperti saya selalu takut akan hal-hal yang tak pasti. Apalagi saat terlalu fokus pada kekurangan diri sendiri, semua jadi sangat menakutkan. Padahal bukankah kita semua harus berbahagia? Karena kematian sudah pasti, begitu juga dengan rejeki. Lalu, yang bisa dilakukan? 


Saya yakin, kita, bisa memulainya dengan hal yang sederhana. Mengakui kekurangan, memanfaatkan kelebihan, dan mau belajar untuk menjadi lebih baik lagi. SimpelyaKelihatannya begitu, tapi kadang memang sulit untuk dilakukan.

Semuanya dimulai dari mana? Niat.
Dan siapa yang mampu menggerakan niat? Diri sendiri.

Melihat rumput tetangga yang lebih hijau terkadang menjadi penting, untuk memotivasi diri bahwa kita pun bisa. Begitu pula menyadari penghuni semesta lain di sekitar kita, yang bersedia untuk membantu dan mendukung bahwa kita mampu.

Untuk siapapun yang merasa sendirian, dengan tulisan ini juga mengalir doa untuk kalian yang sedang berjuang. Kesalahan adalah pelajaran. Ini saatnya untuk kita mengamalkan, menerapkan, bukan sekadar membaca atau menyebarkan. Ikhtiar, alon-alon waton kelakon


QS 13: 11
Indeed, God will not change the condition of a people
until they change what is in themselves.

Friday, November 17, 2017

Wound

:to the wound that wouldn't heal,

but leave a beauty, beautiful marks within 'em. And the Gold said, why do we keep confusing things? When the truth has revealed, as simple as realizing, trying, and improving.

And I kissed morning like it's someone that I missed. 

Wednesday, October 25, 2017

Cerita dari Thamrin: The Load that I Carry

Hi!

I agree with one of the AE (Account Executive) Manager at the office about this statement,
"It's not the load that breaks you, but the way you carry it."

It's so true, couldn't be more agree.

Lately, I went to a roller coaster ride in, basically, everything. But the most annoying thing happened, I'm bored of my own task, of my job. Both of it, as an intern and as a freelancer. And somehow, I found it as something that I can't accept myself and it makes me sad.

I started asking myself, what is the purpose of doing this (job)? Is it something that I really want to do or is it just lust (as to get income a.k.a money)? Wait, but I don't want to hypocrite whatsoever, we do need money for living life. Don't we all? I just think that maybe I'm being a little too ambitious for this moment.

Now, I re-arrange all things. I make a list of what I really want to do and what I want to get rid of. What I know for sure is, I have to do anything with all of my heart so the output will always turn out great.


Quoted from one of my fav author, Roald Dahl.
Source: Guardian

Cheers,

Gendis.

Saturday, October 7, 2017

Ada Apa #8 | Waktu

Musim hujan datang memberi rona pada bunga-bunga di depan rumah, membuat anak-anak Ibu mekar kembali setelah setengah tahun lebih mereka malu-malu untuk menunjukkan wajah. Hari-hari tanpa pupuk dilewati tanpa jemu, padahal seharusnya tidak apa-apa untuk mereka menuntut. Namun, Tuhan baik dan akan selalu mengerti kebutuhan semesta.

Sekolah, kuliah, bekerja, mungkin saja dilanjutkan untuk menempuh pendidikan lagi, lalu bekerja lagi, dan begitu sampai bertemu akhir.

Memasuki usia 20an, orang bilang akan menemui titik paling menggebu untuk melakukan segala sesuatu. Memasuki usia 30an, orang bilang akan menemui titik paling pelan untuk menjalani hidup. Memasuki usia 40an, orang bilang akan menemui titik balik untuk memulai yang belum sempat dimulai, atau tertunda.

Entah, tapi saya sedang merasa terburu waktu. Langkah kaki yang canggung untuk melambat, gairah untuk meraih tujuan yang sedang memuncak, bahkan sampai lupa bagaimana rasanya untuk meredam.

Benarkah kita sudah begitu terikat dengan kehidupan yang linier? 
Bagaimana cara yang tepat untuk menangkap kebahagiaan?
Apakah lupa untuk sekadar memikirkan tentang hari-hari nanti akan kita isi dengan apa?
Nanti, nanti, nanti...
Masihkah dinanti?

Maaf bila begitu banyak pertanyaan,
karena saya tidak sanggup untuk menahan,
sendirian.

Tuesday, September 5, 2017

Ada Apa #7 | Laras Ing Ati, Sigaran Nyowo

Sugeng rawuh.

Wingi kulo.. eits, pakai bahasa Indonesia kok, nanti yang ngerti hanya orang yang saget berbahasa Jawa saja.

Jadi, sebelum non-aktif Instagram (lagi) setelah mencoba seminggu untuk kembali (dan ternyata malah bikin nggak bahagia), ada satu post di popular feed yang menyita perhatian. Siapa sih yang nggak kenal Gus Mus? Ibu saja kalau nonton YouTube tak pernah melewatkan beliau. Nah, foto tersebut adalah foto pernikahan Gus Mus dengan belahan jiwanya, Siti Fatma.


"Selama itu --hingga kami dikaruniai 7 orang anak, 6 orang menantu, dan 13 orang cucu-- seingatku, belum pernah aku mengucapkan kepada teman hidupku ini: "I love you", "Aku cinta padamu", "Anä bahebbik", "Aku tresno awakmu", atau kata-kata mesra sejenis. Demikian pula sebaliknya; dia sama sekali belum pernah mengucapkan kepadaku kata rayuan semacam itu. Agaknya kami berdua mempunyai anggapan yang sama. Menganggap gerak mata dan gerak tubuh kami jauh lebih fasih mengungkapkan perasaan kami"
- Ahmad Mustofa Bisri

Saya setuju sekali dengan copy text dari post tersebut. Fatma memang sudah tidak mendampingi Gus Mus di dunia, tetapi rasanya cinta mereka berdua masih berpendar-pendar sampai entah kapan. Tanpa sepatah kata pun sudah saling berdialog, tak mengapa, karena membiarkan rasa yang berbicara. Selain mendambakan romansa Rasulullah yang saya tuturkan di sini, sepertinya Gus Mus menjadi salah satu idola yang ada di Nusantara.

Pengejawantahan cinta,
:kemanunggalan dua nyawa.

Siapa potret romantis pujaanmu?

Saturday, September 2, 2017

Sarapan Bersama Ibu: Soto Kwali Semar

Selamat hari Sabtu!

Hari ini saya dan Ibu sama-sama ingin makan soto untuk sarapan. Kami berdua memang penggemar soto, apapun. Lalu kepikiran soto Kudus di Puncak yang sering sekali kami kunjungi saat masih tinggal di Bogor. Waktu kecil, saya paling suka kalau di ajak ke sana. Pemandangannya bagus, udaranya sejuk, suasana restorannya jadul, ada mainan outdoor seperti ayunan dan perosotan (Ini kata bakunya apa ya? Ada yang tahu?), dan mainan-mainan jadul yang selalu ingin saya beli.

Namun, jarak pun memisahkan saya dan soto Kudus enak itu. Di sini juga ada sih yang jual soto Kudus, tapi dengan pemandangan yang seperti di Puncak, percayalah rasanya jadi lebih enak yang di sana haha.

Akhirnya kami memutuskan untuk ke Pasar Modern BSD dan makan Soto Kwali Semar untuk sarapan.

Soto Kwali Semar dari kota Surakarta a.k.a Solo ini persis di sebelahnya Roti Nogat. Pilihan sotonya ada dua, daging sapi atau ayam kampung. Selain soto, ada makanan lain yang rasanya Jawa sekali, seperti gudeg, pecel, atau liwet. Ada pula berbagai kue dan jajanan tradisional Jawa yang legit-legit, seperti kesukaan saya; lupis yang disiram gula Jawa dan cenil yang warnanya cantik.

Sesuai namanya, soto di kedai makan ini dimasak dari kuali sehingga menimbulkan aroma yang sedap. Dengan rempah yang melimpah, kuah sotonya agak keruh dan punya rasa yang kaya sekali. Saat disajikan, sotonya pun ditaruh di mangkuk kuali kecil yang lucu. Sayangnya, sendok yang disediakan masih sendok makan biasa. Padahal kalau pakai sendok bebek rasanya lebih pas, cocok sama mangkuk kualinya yang imut.

Soto Kwali Ayam Kampung (Campur)


Dengan ayam kampung suwir, soto ini jadi semakin gurih. Nasinya dicampur supaya lebih asyik, tentu kalau saya akan menambahkan kecap manis because I always kecap and ketchup everything! (Baca: Disesuaikan dengan makanannya, ya.)

Rasa sotonya mengingatkan saya dengan soto Kudus di Puncak itu. Cara makannya adalah dengan membayangkan diri ini sedang melihat hijau-hijau yang menyejukkan, dijamin semakin nikmat. Porsinya pas untuk sarapan, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Soto Kwali Daging Sapi (Campur)


Kesukaan Ibu. Basically, kuah yang digunakan sama, hanya diganti dengan daging sapi saja. Di dalam sotonya ini ada taoge, daun bawang, dan bawang putih goreng juga. Dengan isi yang sederhana saja, soto ini sudah bisa membahagiakan kami berdua yang tukang makan.

Sate Kerang, Tempe Mendoan, dan Bakwan


Lauk pelengkapnya macam-macam. Ada yang lain seperti sate telur puyuh, juga sate ati dan ampela. Namun, yang paling saya dan Ibu suka ya ketiga tambahan ini. Sate kerangnya cocok bersanding dengan kuah sotonya. Kalau tempe mendoan dicocol pakai kecap dan bakwannya dimakan saat masih panas dan renyah.

By the way, mau cerita juga tentang Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery, dua kedai kesukaan saya yang ramainya minta ampun tadi pagi. Tadinya berniat untuk beli Es Kopi Susu-nya Roti Nogat, tapi antriannya panjang banget! Biasanya memang ramai, tapi nggak seperti tadi pagi ini. Belum lagi banyak driver Go-Jek pula, antriannya sudah seperti lagi main ular naga panjangnya bukan kepalang (Hayo, ikut bersenandung nggak?). Pantas saja kalau Roti Nogat akan membuka kedai barunya, persis di seberang pasar, tepatnya di sebelah Tahu Petis Yudhistira.

Lalu Rosso Micro Roastery juga nggak kalah ramai, walaupun nggak antri banget. Tadinya mau nongkrong sebentar untuk makan Kembang Pao rasa keju sambil menyeruput latte panas dan cokelat panas untuk Ibu. Sayang, nggak ada tempat duduk yang tersisa. Akhirnya take away satu Ice Black dengan Rajawali blend mereka yang juara


Sebenarnya senang melihat dua kedai kesukaan saya ini laku keras dan disukai banyak orang, tetapi kangen juga suasana kedai mereka yang masih lebih hening. Beruntung saya sudah cukup sering merasakan sarapan di Roti Nogat dan Rosso Micro Roastery yang dulu, yang saat datang masih bisa langsung ke kasir, yang masih banyak tempat tersisa untuk dine in, yang nyaman karena belum banyak orang yang tahu.

Demikian referensi soto untuk sarapan dan sedikit curhat saya kali ini. Soto Kwali Semar ini boleh banget kamu coba untuk sarapan di akhir pekan, sekalian belanja sama Ibu, karena quality time dengan orang tua bisa dilakukan di pasar juga, lho. 

Nah, apa nih soto yang paling kamu sukai?

Wednesday, August 30, 2017

Ada Apa #6 | Pikiran

Saya teringat tentang pernyataan yang pernah terlontar oleh Ibu, "Biarkan tentang apa yang orang lihat, jiwa yang bersinar akan terlihat, kok."

Ibu mengajarkan bahwa anaknya tidak perlu khawatir atas apa yang orang bicarakan. Nampaknya, beliau tahu betul bahwa anaknya pernah melalui fase ketika apa yang orang bicarakan menjadi bagian terpenting yang harus dipertimbangkan atas setiap langkah hidupnya. Beruntung saya belajar untuk memahami diri saya sendiri dan melepas semua hal yang rasanya mengikat kebebasan saya itu.

Beberapa waktu lalu saya melihat seorang teman menuliskan perasaannya pada secarik kertas, "I'm starting over-think what other people's think about me." Pikiran negatif mulai melekat pada dirinya sehingga tentu menghalanginya. Untuk berpikir jernih, untuk melihat sisi terang, atau sekadar untuk tidak mengindahkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentangnya.

Namun, bukan berarti kita harus tutup mata pula dari hal-hal yang bisa membangun insight kita. Teman saya, Angel, di suatu rapat yang cukup tegang pernah bilang, "Setiap orang itu berbeda, unik, dan kita harus bisa (belajar) menerima itu. Jangan biarkan pikiran kita tertutup."

Saya yakin, apa yang kita pikirkan dan keyakinan dalam diri, akan tercermin ke luar diri dan menjadi tampilan atas apa yang orang lain lihat. Untuk menjadi manusia yang utuh, yang penuh, kita membutuhkan usaha dari diri kita sendiri. Berbenah menjadi lebih baik, menjadi versi terbaik atas apa yang telah Ia ciptakan, rencanakan, dan berikan. Berharap pada manusia lain untuk melakukan hal tersebut hanyalah sia-sia karena akan berujung kecewa. Di saat yang bersamaan, juga mengolah pikiran dari orang lain untuk menjadi motivasi yang membangun. 

Pikiranmu, juga hatimu, mengendalikan dirimu. 

Apakah pikiran dan hati sudah bersatu untuk menjadi cahayamu?