Saturday, June 10, 2017

Ada Apa #5 | Diam

Sejauh saya hidup, cukup banyak orang yang menyalahartikan bila saya diam.

Mungkin ada yang berpikir, saya tidak nyaman, sedang gelisah, atau bahkan marah. Mungkin memang iya, tetapi sering kali juga tidak. Satu hal yang saya percaya, saya tidak boleh terjerat oleh apa yang dibayangkan orang lain. Untuk saya, diam adalah keterandalan, dalam situasi apapun.

Saya teringat pernyataan yang Laksmi Pamuntjak utarakan melalui karakter Bhisma Rashad dalam novel Amba, kiranya demikian;

"...diam adalah kearifan tertinggi. Bahwa diam membawa hikmahnya sendiri, yang nggak selalu terlihat."

Masih selaras dengan pernyataan di atas, saya setuju pula dengan Amba Kinanti, karakter yang diciptakan Laksmi; dalam bayangan Ibu, saya memang bukan perempuan Jawa tenan, tetapi saya sudah terlatih untuk tak mengumbar perasaan.

Bila saya diam, cobalah 'tuk telaah lebih dalam.



Tak jarang kalau saya diam, sesungguhnya saya sedang menikmati momen yang saya tahu betul, tidak akan terulang. Menurut saya, momen-momen yang ada di hidup saya, terlepas orang mau bilang biasa atau hanya sekadar hal kecil, harus saya nikmati. Mulai dari momen menyenangkan sampai yang pahit. Dan cara saya menikmatinya itu, dalam diam, dalam keheningan. 

Dalam diam, saya lebih mudah untuk menemukan nilai-nilai akan suatu hal, atau bahkan mengingat nilai-nilai yang ada di dalam diri. Bila sedang beruntung, saya juga bisa menjumpai cermin, yang bening, dan merefleksikan hal-hal yang dapat membantu saya, menemukan diri sendiri. 

Saya tahu, tak setiap orang berpikir terang setiap saat. Asumsi terhadap apa yang diyakini pasti selalu ada. Esensi keheningan yang kiranya sama, apakah benar?

Ada baiknya kita saling belajar untuk menghargai dan memahami setiap makna yang orang lain tafsir. Perbedaan antara saya, kamu, dan orang lain di sekitar kita, bukanlah penghalang, tetapi penghubung.

Apakah kamu juga menikmati keheningan yang tercipta saat diam?

No comments:

Post a Comment