Sunday, October 21, 2018

Ada Apa #13 | Sirna

Tentang melupakan, dilupakan.

Saya ingat betul, sebuah kalimat yang saya tulis tahun 2003, saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2:

Masa kecil takkan kulupakan, tapi aku ingin melupakannya.
Apa yang kau inginkan? Apa kau juga ingin?
Mungkin kau bisa, tapi aku tak bisa.
Saat aku lihat teman-teman,
aku ingin seperti mereka, tapi sayang sekali aku tak bisa.
Terima kasih teman-teman.
(Sabtu, 20 September 2003)

Jujur, apa adanya, sungguh menggambarkan situasi saat itu, atau bahkan kini? Bisa jadi. Tulisan itu ada di halaman depan buku harian saya, pintu dari banyak tulisan di belakangnya yang multitafsir.

Tahun ini adalah perlawanan. Melawan ingatan, menetap atau sirna, tumbuh atau hangus. Semua memori buruk saya diputar selayaknya film, tanpa ada pilihan pause atau stop, terus berputar hilang ampun. Berawal dari cuplikan, film pendek, sampai yang durasinya panjang. Datang tanpa diminta, waktu bukanlah kawan. Jawabanku sederhana, mengapa? Oh, pertanyaan, tidak berhenti.

Meminta bantuan dan bercerita adalah tantangan, terlebih saat saya benar-benar merasa sendirian, sesederhana karena tidak mau menjadi beban. Apakah wajar merasa demikian?

No comments:

Post a Comment