Menggambar adalah kegiatan yang paling saya suka waktu kecil setelah menulis dan membaca. Rasanya saya bisa menuangkan apa-apa yang melintas di pikiran, melalui warna-warni pilihan, dan mencipta suatu karya yang saya tempel di dinding-dinding kamar dan ruang keluarga. Saya yang menempelkannya atau Ibu kalau posisinya terlalu tinggi.
Pemandangan pertama saat masuk ke rumah pasti disambut dengan gambar-gambar buatan saya. Kebanyakan di kertas HVS A4, sisanya robekan dari buku gambar A3. Satu dinding penuh, dari sudut kanan sampai kiri, tak ada celah satu pun. Begitu juga di dalam kamar. Saya rasa, Ibu yang pertama kali memberikan ide untuk menempelkan hasil karya saya di dinding rumah. Tentu saja, saya semangat menyambutnya, ajang pamer di kandang sendiri.
Bukan hanya menggunakan krayon atau pensil warna, tetapi juga cat air. Tempat favorit saya untuk menggambar adalah di lantai depan meja makan, menghadap taman kecil penuh bebatuan alam yang berada di dalam rumah. Kalau menggambar menggunakan cat air, biasanya saya akan menjemur terlebih dahulu hasilnya di bawah sinar matahari. Padahal akan menimbulkan gelombang di kertasnya, tetapi saya suka.
Saya suka menggambar laut dan makhluk hidup di dalamnya, menggambarkan kembali tokoh kartun favorit, atau sesederhana alam hijau membentang. Ada kalanya saya senang menggambar semacam monster, makhluk dengan wajah kotak, bermata satu atau tiga, atau bentuk yang tak lazim lainnya, tetapi dengan warna ceria sehingga menjadi monster yang lucu dan menyenangkan.
Oh, saya juga suka menggambar orang, tetapi yang satu ini meninggalkan sedikit bekas di hati. Ibu selalu bilang kalau orang buatan saya itu layaknya gambar anak kecil, walau waktu itu saya cuma bertanya-tanya dalam hati, "Bukankah memang aku anak kecil?" pada saat itu. Seingat saya, akibat dari hal itu saya jarang berani menempelkan gambar orang. Saya lebih memilih menyimpannya di dalam buku gambar saja atau coret-coretan di binder.
Namun, saya sama sekali enggak menyalahkan Ibu saya karena kalau saya memilih untuk percaya diri, pasti saya akan terus menggambar orang dengan gaya yang saya sukai. Pernahkah kau juga merasa demikian? Memperlambat atau memberhentikan hal-hal yang disuka karena kehilangan rasa percaya atas diri sendiri? Saya sering mengalami ini, meski nantinya bangkit lagi, tetapi selalu ada waktu di mana saya butuh bantuan dan tak bisa berdiri sendiri.
Tahun ini, tepatnya pertengahan bulan Mei lalu, saya mulai menggambar lagi, juga mewarnai. Saya mulai sedikit demi sedikit dengan mengilustrasikan tulisan di buku harian, seperti apa yang saya makan, apa yang banyak terlintas di pikiran, atau apa saja. Saya juga membeli buku mewarnai dengan tema "My Little Pony", sesederhana saya suka karakternya, terutama Twilight Sparkle, dan saya menonton serial tersebut.
Krayon saya sepertinya sudah dihibahkan ke yang membutuhkan bertahun-tahun lalu, akhirnya saya pun menggunakan pensil warna yang entah ke berapa, saya selalu rutin membeli baru bila pensilnya sudah pendek. Pastinya sudah lama pula, mungkin saat SD atau SMP, tapi masih ada sampai sekarang. Saya temukan di selipan dalam container barang-barang masa kecil.
Playing with colors is very therapeutic. It is indeed one of the ways for me to heal.
Sebenarnya saya melakukan ini sebagai hasil dari konsultasi saya dengan seorang psikolog. Awalnya hanya dianjurkan untuk kembali melanjutkan menulis buku harian. Saya terbiasa menulis itu, tapi berhenti beberapa waktu lalu karena saya kesulitan untuk mengekspresikan perasaan saya melalui tulisan, bahkan yang hanya dibaca oleh diri sendiri. Saat terapi, ternyata bermain kembali dengan pensil warna itu menyenangkan sehingga saya pun menggunakan pensil warna untuk menggambar di buku harian.
Apakah kamu juga suka melukis jalan hidupmu dan memberikannya warna?
No comments:
Post a Comment