Bulan ini mengajarkan banyak hal, terutama untuk tidak melupakan nikmatnya merasa tenang.
Memasuki bulan Ramadhan, saya punya beberapa resolusi yang ingin dicapai: membaca kitab Al-Quran minimal 1 lembar dalam sehari, melakukan shalat tarawih tanpa putus, shalat dhuha + Al-Waqiah sesering mungkin di pagi hari, tidak berbuka puasa di luar rumah (dengan kata lain, kalau ingin makan makanan dari restoran atau warung bisa takeaway atau delivery saja) dan mengurangi atau menolak ajakan buka puasa bersama yang banyak mudaratnya.
Dari beberapa hal yang saya sebutkan, mengurangi atau menolak ajakan buka puasa bersama adalah yang paling sulit. Saya bingung tentang cara menjelaskan pertimbangan-pertimbangan yang telah saya pikirkan baik-baik dan matang terhadap buka puasa bersama kepada orang lain. Semuanya karena penolakan = penjelasan. Kita mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dan saya sering kali tidak enak untuk menolak sehingga membuat mereka merespon dengan kata, "Yah...", "Kenapa sih emangnya?", "Nggak asyik banget sih!", dan sebagainya.
Terkadang saat kita berkumpul dengan banyak teman, situasi tidak bisa sepenuhnya dikontrol dengan baik, apalagi saat mulai membicarakan hal-hal yang, menurut saya, tidak perlu dibicarakan. Contohnya adalah membicarakan orang atau yang terkait dengan sifat konsumtif dan impulsif. There are so many topics that we can choose to talk about, and by talking about those things that I've mentioned, it's just makes us being a small minded person. Dan saya tidak mau menjadi orang yang berpikiran sempit.
Namun, bukan berarti saya 100% tidak setuju dengan konsep buka puasa bersama. Saya akan memilih mana yang baik untuk saya dan mana yang sepertinya lebih baik saya tinggalkan. Bisa saja saya mengundang teman-teman ke rumah untuk berbuka bersama sehingga bisa diteruskan dengan shalat berjamaah dan tadarus bersama. Syukurlah, sejauh ini saya baru sekali buka puasa bersama di luar yaitu di tempat saya mengajar dan yang datang pun kebanyakan perempuan, hanya ada satu pengajar laki-laki. Ada satu lagi agenda buka puasa bersama dengan pengurus komunitas di kampus yang harus saya datangi minggu depan dan semoga itu menjadi yang terakhir di Ramadhan kali ini.
Kalau untuk membaca Al-Quran dan shalat-shalat sunnah, saya merasa seperti kembali ke masa-masa di pesantren atau saat SMA dulu. Kalau saya ingat-ingat, begitu manisnya kehidupan saya yang mesra dengan Tuhan, dan saya menginginkan itu kembali. Tak jarang saat saya sedang membaca kitab, banyak sekali ayat yang menyentil dan sangat berhubungan dengan situasi yang saya sedang alami. Ia begitu baik sampai-sampai tak akan dibiarkannya seorang hamba tersesat sendirian. Untuk menjadi lebih semangat, saya sering menonton kajian dari Free Quran Education dan Nouman Ali Khan dari Bayinnah Institute di YouTube. Dengan animasi yang lucu dan cara penyampaian yang ringan, mungkin bisa menjadi referensi tontonanmu sebelum tidur.
Puji Ia, saya bisa melakukannya dengan hati yang senang sehingga berujung membuat hati lebih tenang. Walaupun godaan seperti rasa malas dan godaan itu selalu ada, tapi kalau saya nggak "keras" sama diri saya sendiri, kapan saya akan menikmati buah dari berkah yang sudah dilimpahkan oleh Tuhan? Saya bersyukur, Ibu saya adalah pendukung nomor satu dan paling bisa diandalkan dalam situasi apapun sehingga menjalankan resolusi yang saya rancang untuk bulan Ramadhan pun terasa lebih ringan. Semoga saya (dan kamu) selalu diberi kekuatan untuk nggak pantang menyerah terhadap setiap keadaan.
Saya harap, kebiasaan yang saya bangun selama Ramadhan ini bisa saya teruskan di bulan-bulan berikutnya dan menjadi hal yang lekat dengan kehidupan saya. Saya lagi mencoba menata hati untuk bisa mandiri sekaligus bahagia dengan bantuan penuh dari Yang Maha Esa, dan niat yang gigih dari diri sendiri tentunya. Kalau saya kilas balik ke diri saya selama satu tahun terakhir, saya tidak melakukan banyak perubahan yang membuat saya menjadi lebih dekat dengan Dia. Makanya, sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai karena menunda hanya akan berujung nestapa.
Ini adalah hal-hal yang berusaha saya lakukan untuk merasakan tenang, kalau kamu?
Memasuki bulan Ramadhan, saya punya beberapa resolusi yang ingin dicapai: membaca kitab Al-Quran minimal 1 lembar dalam sehari, melakukan shalat tarawih tanpa putus, shalat dhuha + Al-Waqiah sesering mungkin di pagi hari, tidak berbuka puasa di luar rumah (dengan kata lain, kalau ingin makan makanan dari restoran atau warung bisa takeaway atau delivery saja) dan mengurangi atau menolak ajakan buka puasa bersama yang banyak mudaratnya.
Dari beberapa hal yang saya sebutkan, mengurangi atau menolak ajakan buka puasa bersama adalah yang paling sulit. Saya bingung tentang cara menjelaskan pertimbangan-pertimbangan yang telah saya pikirkan baik-baik dan matang terhadap buka puasa bersama kepada orang lain. Semuanya karena penolakan = penjelasan. Kita mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dan saya sering kali tidak enak untuk menolak sehingga membuat mereka merespon dengan kata, "Yah...", "Kenapa sih emangnya?", "Nggak asyik banget sih!", dan sebagainya.
Terkadang saat kita berkumpul dengan banyak teman, situasi tidak bisa sepenuhnya dikontrol dengan baik, apalagi saat mulai membicarakan hal-hal yang, menurut saya, tidak perlu dibicarakan. Contohnya adalah membicarakan orang atau yang terkait dengan sifat konsumtif dan impulsif. There are so many topics that we can choose to talk about, and by talking about those things that I've mentioned, it's just makes us being a small minded person. Dan saya tidak mau menjadi orang yang berpikiran sempit.
Namun, bukan berarti saya 100% tidak setuju dengan konsep buka puasa bersama. Saya akan memilih mana yang baik untuk saya dan mana yang sepertinya lebih baik saya tinggalkan. Bisa saja saya mengundang teman-teman ke rumah untuk berbuka bersama sehingga bisa diteruskan dengan shalat berjamaah dan tadarus bersama. Syukurlah, sejauh ini saya baru sekali buka puasa bersama di luar yaitu di tempat saya mengajar dan yang datang pun kebanyakan perempuan, hanya ada satu pengajar laki-laki. Ada satu lagi agenda buka puasa bersama dengan pengurus komunitas di kampus yang harus saya datangi minggu depan dan semoga itu menjadi yang terakhir di Ramadhan kali ini.
Kalau untuk membaca Al-Quran dan shalat-shalat sunnah, saya merasa seperti kembali ke masa-masa di pesantren atau saat SMA dulu. Kalau saya ingat-ingat, begitu manisnya kehidupan saya yang mesra dengan Tuhan, dan saya menginginkan itu kembali. Tak jarang saat saya sedang membaca kitab, banyak sekali ayat yang menyentil dan sangat berhubungan dengan situasi yang saya sedang alami. Ia begitu baik sampai-sampai tak akan dibiarkannya seorang hamba tersesat sendirian. Untuk menjadi lebih semangat, saya sering menonton kajian dari Free Quran Education dan Nouman Ali Khan dari Bayinnah Institute di YouTube. Dengan animasi yang lucu dan cara penyampaian yang ringan, mungkin bisa menjadi referensi tontonanmu sebelum tidur.
Puji Ia, saya bisa melakukannya dengan hati yang senang sehingga berujung membuat hati lebih tenang. Walaupun godaan seperti rasa malas dan godaan itu selalu ada, tapi kalau saya nggak "keras" sama diri saya sendiri, kapan saya akan menikmati buah dari berkah yang sudah dilimpahkan oleh Tuhan? Saya bersyukur, Ibu saya adalah pendukung nomor satu dan paling bisa diandalkan dalam situasi apapun sehingga menjalankan resolusi yang saya rancang untuk bulan Ramadhan pun terasa lebih ringan. Semoga saya (dan kamu) selalu diberi kekuatan untuk nggak pantang menyerah terhadap setiap keadaan.
Saya harap, kebiasaan yang saya bangun selama Ramadhan ini bisa saya teruskan di bulan-bulan berikutnya dan menjadi hal yang lekat dengan kehidupan saya. Saya lagi mencoba menata hati untuk bisa mandiri sekaligus bahagia dengan bantuan penuh dari Yang Maha Esa, dan niat yang gigih dari diri sendiri tentunya. Kalau saya kilas balik ke diri saya selama satu tahun terakhir, saya tidak melakukan banyak perubahan yang membuat saya menjadi lebih dekat dengan Dia. Makanya, sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai karena menunda hanya akan berujung nestapa.
Ini adalah hal-hal yang berusaha saya lakukan untuk merasakan tenang, kalau kamu?
No comments:
Post a Comment