Ada seorang buta, laki-laki lanjut usia, yang berjalan pelan dengan tongkatnya. Ia menyusuri pinggiran depan pasar dengan sepasang sandal yang (nampaknya) tak lagi nyaman. Separuh jalan dan tongkatnya diarahkan ke kanan, mencari celah untuk masuk ke dalam. Namun, tidak ada, masih dihalangi pagar besi berkarat yang catnya pudar.
Aku melihat di balik kaca dari dalam mobil yang dikunci seorang perempuan. Di tengah pikuk alunan nada NonaRia, aku diam-diam berdoa agar sang buta bisa menemukan jalan untuk bisa masuk ke pasar. Bukan untuk dicontoh. Karena berdoa memang bisa menjadi salah satu cara, tetapi bergerak atau melakukan aksi atas hati yang sudah peduli menurutku akan lebih indah.
Dari seberang, seorang lelaki muda dengan tas ransel di belakang punggungnya berlari kecil dan menghampiri si bapak buta. Bibirnya bergerak mengatakan sesuatu, entah ia berkata apa, tetapi tangan bapak ditaruh di pundak kanannya, seraya berjalan menuju gerbang masuk pasar yang ramai tak terkira. Ini hari Minggu. Dan yang aku tahu, lelaki muda itu benderang.
Aku mudah terharu. Aku melirik langit dan berbisik, "Masih ada yang peduli. Masih ada yang baik hati." Bahagia sekali. Puji-pujian untuk alam semesta dan penghuninya, semoga selalu bisa menolong sesama.
Pencipta memang selalu memiliki cara untuk apapun, termasuk mengingatkan aku. Jangan sampai terang di luar, tetapi gelap di dalam, seperti hati kebanyakan orang.
No comments:
Post a Comment