Saya teringat tentang pernyataan yang pernah terlontar oleh Ibu, "Biarkan tentang apa yang orang lihat, jiwa yang bersinar akan terlihat, kok."
Ibu mengajarkan bahwa anaknya tidak perlu khawatir atas apa yang orang bicarakan. Nampaknya, beliau tahu betul bahwa anaknya pernah melalui fase ketika apa yang orang bicarakan menjadi bagian terpenting yang harus dipertimbangkan atas setiap langkah hidupnya. Beruntung saya belajar untuk memahami diri saya sendiri dan melepas semua hal yang rasanya mengikat kebebasan saya itu.
Beberapa waktu lalu saya melihat seorang temanmenuliskan perasaannya pada secarik kertas, "I'm starting over-think what other people's think about me." Pikiran negatif mulai melekat pada dirinya sehingga tentu menghalanginya . Untuk berpikir jernih, untuk melihat sisi terang, atau sekadar untuk tidak mengindahkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentangnya.
Namun, bukan berarti kita harus tutup mata pula dari hal-hal yang bisa membangun insight kita. Teman saya, Angel, di suatu rapat yang cukup tegang pernah bilang, "Setiap orang itu berbeda, unik, dan kita harus bisa (belajar) menerima itu. Jangan biarkan pikiran kita tertutup."
Saya yakin, apa yang kita pikirkan dan keyakinan dalam diri, akan tercermin ke luar diri dan menjadi tampilan atas apa yang orang lain lihat. Untuk menjadi manusia yang utuh, yang penuh, kita membutuhkan usaha dari diri kita sendiri. Berbenah menjadi lebih baik, menjadi versi terbaik atas apa yang telah Ia ciptakan, rencanakan, dan berikan. Berharap pada manusia lain untuk melakukan hal tersebut hanyalah sia-sia karena akan berujung kecewa. Di saat yang bersamaan, juga mengolah pikiran dari orang lain untuk menjadi motivasi yang membangun.
Pikiranmu, juga hatimu, mengendalikan dirimu.
Apakah pikiran dan hati sudah bersatu untuk menjadi cahayamu?
Beberapa waktu lalu saya melihat seorang teman
Namun, bukan berarti kita harus tutup mata pula dari hal-hal yang bisa membangun insight kita. Teman saya, Angel, di suatu rapat yang cukup tegang pernah bilang, "Setiap orang itu berbeda, unik, dan kita harus bisa (belajar) menerima itu. Jangan biarkan pikiran kita tertutup."
Saya yakin, apa yang kita pikirkan dan keyakinan dalam diri, akan tercermin ke luar diri dan menjadi tampilan atas apa yang orang lain lihat. Untuk menjadi manusia yang utuh, yang penuh, kita membutuhkan usaha dari diri kita sendiri. Berbenah menjadi lebih baik, menjadi versi terbaik atas apa yang telah Ia ciptakan, rencanakan, dan berikan. Berharap pada manusia lain untuk melakukan hal tersebut hanyalah sia-sia karena akan berujung kecewa. Di saat yang bersamaan, juga mengolah pikiran dari orang lain untuk menjadi motivasi yang membangun.
Pikiranmu, juga hatimu, mengendalikan dirimu.
Apakah pikiran dan hati sudah bersatu untuk menjadi cahayamu?
No comments:
Post a Comment